Translate

Jumat, 20 Februari 2009

Tarif Internet di Indonesia

Kebutuhan akan akses internet di indonesia semakin meningkat. Tidak bisa kita pungkiri lagi sebagian dari kita lebih suka membuka dan bertanya pada google daripada pergi ke perpustakaan yang ada di kampus atau di sekolah. Begitu pula dengan cara berkomunikasi, "komunitas TI" dadakan yang bisa beranggotakan orang orang Non IT sudah sangat mudah kita jumpai melalui blog, situs, room chat dan sebagainya.
Menurut Friedman, dalam bukunya The World Is Flat Teknologi Informasi menjadi semua orang mempunyai sebuah "playing of Field" yang sama. Dimana Playing of Field merupakan sebuah tempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pepatah yang mengatakan bahwa "Siapa cepat, dia dapat" sepenuhnya berlaku. Di dalam sebuah playing of field dunia IT, semua orang mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan informasi, tinggal bagaimana cara memanfaatkan informasi yang didapatkan. Karena itulah ketika semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mengakses informasi maka IT bagaikan sebuah mata pisau. Ketika pisau itu dipegang oleh orang yang baik, maka informasi yang didapatkannya akan diimplemantasikan kepada hal yang baik begitu pula sebaliknya.
Berkaitan dengan pengaksesan informasi tentunya akan ada cost atau biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengaksesan. Menurut data yang didapat dari syant wordpress ‘Tarif internet turun 40% mulai juni’ sepertinya akan menjadi angin segar bagi pengguna internet di Indonesia. Setelah 1 April lalu pemerintah melalui Depkominfo memutuskan menurunkan biaya interkoneksi antara operator telekomunikasi berkisar 20-40 persen, juni nanti akan diberlakukan peraturan baru untuk tarif sewa jaringan ‘leased line’. Penurunan cukup signifikan yaitu sebesar 46-81% bergantung pada jarak.

Mahalnya tarif Internet di Indonesia, meskipun bukan yang paling mahal , dikarenakan berbagai hal :

* Ekonomi biaya tinggi dan overhead cost untuk membangun infrastruktur di Indonesia : Contohnya untuk pembangunan satu BTS saja dibutuhkan investasi milyaran rupiah, diperparah lagi dengan adanya fenomena ’sapi perahan’.
* Letak geografis Indonesia yang cukup jauh dari US sehingga untuk membangun Routing dan Backbone membutuhkan kabel lebih panjang daripada Taiwan atau Jepang. Saat ini Indonesia memiliki dua route ke Australia dan Singapura.
* Satelit Indonesia hanya bisa mengambil bandwidth dari distributor di Hongkong karena kemampuan pancaran satelit Indonesia belum bisa mengambil langsung ke Hawaii. Dan tentunya dengan harga yang sangat tinggi.

Itulah beberapa alasan utama mahalnya Internet di Indonesia.Penurunan tarif internet di Indonesia sebenarnya sudah menjadi harapan berbagai pihak, salah satunya beberapa waktu lalu Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) menggagas Roundtable Discussion tentang “Internet Murah untuk Indonesia” bekerja sama dengan berbagai narasumber dari INDOSAT dan TELKOM. Dari diskusi tersebut menghasilkan beberepa kesepakatan dan kesimpulan yang mengarah pada mendorong pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Salah satunya penggalakan content lokal untuk mengurangi akses ke luar negeri.

Memang dengan diturunkan tarif sewa jaringan ini diharapkan efeknya bisa langsung dirasakan end user dengan turunnya tarif ritel akses internet, sehingga bisa menimbulkan efek berantai pertumbuhan positif pengguna internet di Indonesia yang saat ini hanya sekitar 46 % pertahun. Lebih rendah dibandingkan China yang memiliki pertumbuhan 53 % per tahun.

Dan yang lebih menghebohkan lagi adalah pernyataan dari Mohammad Nuh Menteri Komunikasi Informasi yang dicuplik dari Kominfo News room

Jakarta, Kominfo Newsroom -- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), M. Nuh, mengatakan, pihaknya mendorong penurunan tarif internet hingga 200 persen pada tahun ini.

''Kami akan turunkan (tarif internet) bukan hanya 100 persen tetapi 200 persen,'' kata M. Nuh di Jakarta, Kamis (19/2) setelah membuka acara One Day Seminar bertema Memanfaatkan Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi.

Namun, ia menekankan bahwa penurunan itu harus realistis karena saat ini menurut dia tarif internet sangat tergantung pada ISP-nya. ISP ada yang menawarkan tarif yang sangat mahal tetapi sebaliknya ada ISP yang menawarkan tarif sangat murah.

''Kenapa bisa begitu? Karena paling tidak itu dipengaruhi oleh dua hal yaitu investasi yang terlalu mahal dan captive market yang kecil sehingga tarif ritel naik,'' katanya. Oleh karena itu, pihaknya akan mendorong agar market bisa semakin besar.

''Internet itu digunakan oleh satu orang tetap sama dengan dipakai oleh 10 orang. Ini yang harus dicari trade off-nya,'' katanya.

Menteri mengatakan, dia tidak akan menerbitkan regulasi terkait penurunan tarif internet tetapi lebih ke arah regulasi yang dapat mendorong agar tarif dapat turun. Contoh sederhana adalah dengan mempermudah proses perizinan dan uji wilayah.(Antara News/id/toeb)

Semoga semua orang Indonesia bisa merasakan akses Internet.

2 komentar:

hack-risdiyanto mengatakan...

mudah-mudahan beneran turun pak!, agar internetan di UNY jg lebih murah...

Rahmatul Irfan mengatakan...

Mudah mudahan saja. Karena pada waktu ada penurunan tarif di bulan juni 2008, Jasa internetan juga turun rata- rata 40%.