Translate

Sabtu, 12 Oktober 2013

Dunia anak sudah terenggut oleh Sekolah ?

Jean Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif. Piaget membagi menjadi 4 tahapan anak memahami dunianya : (dikutip dari wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif)

1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
    Periode awal ini berkaitan dengan mulai berkembangnya refleks dan awal kreatifitas

2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya

3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
     Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. 

Sekarang yang menjadi fokus kita adalah periode ke 3 yaitu periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun), periode ini mempunyai rentang 4 tahun, yang kalau kita terjemahkan ke usia sekolah yaitu usia anak kelas 1 - 5 sekolah dasar, penelitian Jean Piaget anak baru bisa berpikir sampai batas pengurutan, klasifikasi, decentring, reversibility, dan konservasi belum sampai ke dalam pemikiran abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan yang masuk ke dalam periode operasional formal (usia 11 tahun ke atas). Mari kita coba melihat buku kelas 1 SD Bahasa Indonesia dan Matematika di BSE (Buku Sekolah Elektronik) sudah ada materi melengkapi kalimat, menjelaskan isi gambar dan mengisi  .....- 3 = 2  membutuhkan penalaran logis yang belum masuk ke periode ke 3 teori Piaget dan dipaksa untuk masuk usia periode 4 (usia 11 tahun sampai dewasa), sehingga tidak jarang pekerjaan rumah anak (homework) seringkali "dibantu" oleh orangtuanya yang bisa diartikan kita mengkarbit anak kita sendiri agar lebih matang sebelum waktunya, yang nantinya berdampak kepada hilangnya masa kanak kanaknya, sehingga ketika anak benar benar masuk ke usia dewasa mempunyai tingkah seperti anak anak (tawuran, tidak menghormati orangtua dan guru , mudah menyerah, dsbnya) yang diakibatkan oleh kurangnya pendidikan karakter karena jam nya terenggut oleh pelajaran yang lain. Banyaknya pekerjaan rumah (homework) dan seringkali "dibantu" oleh orangtua juga menjadikan anak terbiasa mempunyai sikap mental yang mudah menyerah dan mengandalkan orang lain, bahkan sebagian orang tua ada yang sampai mencari jawaban dengan bantuan internet untuk mengerjakan PR anaknya, sehingga tidak jarang jawaban PR anak kelas 1-5  SD terlihat sangat bagus dan tidak mencerminkan jawaban anak seusianya.  Orang tua yang mempunyai anak yang bersekolah di sekolah yang mempunyai kurikulum seperti ini memang tidak bisa berbuat banyak, orang tua hanya bisa memberikan support dan dorongan kepada anak, pengalaman saya selama ini saya tidak memaksakan anak untuk selalu meraih nilai tertinggi, yang saya tekankan ke anak adalah PR mu kamu kerjakan sendiri sebisamu, membiasakan anak belajar 2 jam sehari dan mendampinginya. Biarlah anak menikmati periode ke 3 sampai dia puas sebelum masuk ke periode selanjutnya yaitu dewasa, sehingga anak benar benar mempunyai jiwa dan tanggungjawab orang dewasa ketika masuk periode dewasa. 

Tidak ada komentar: