Translate

Senin, 07 Oktober 2013

Bagaimana mempererat hubungan antara sekolah dan industri ?



Vocational Education atau pendidikan vokasi mempunyai orientasi untuk mempersiapkan lulusan yang siap untuk kerja, permasalahannya sekarang adalah bagaimana sekolah dan industri bekerjasama untuk mempersiapkannya. Ada sebuah buku yang sangat menarik yang diterbitkan oleh Career Space yang berjudul Curriculum Development Guidelines dimana mempunyai anggota dari berbagai industri bidang ICT antara lain Cisco, IBM, Intel, Microsoft dan industri ICT besar lainnya. Di dalam buku tersebut dikatakan bahwa hubungan antara sekolah (universitas) dan industri (companies) adalah kata kunci dalam pengembangan program akademik. Akan tetapi hubungan ini menjadi hubungan yang kurang harmonis dan saling menyalahkan, perusahaan (industri) menyalahkan sekolah (universitas) karena dianggap tidak cukup mempersiapkan skill lulusannya untuk siap bekerja, mereka menyalahkan bahwa sekolah terlalu banyak pada konsep teori dan kurang untuk praktek, sedangkan sekolah menyalahkan perusahaan karena dianggap mengabaikan pendidikan soft skill siswa dan menganggap bahwa soft skill sangat dibutuhkan dan merupakan misi inti sekolah.
Komunikasi antara sekolah dan industri perlu dibangun dengan cara menciptakan sebuah program bersama. Di program bersama ini disusun langkah langkah untuk menjembatani gap yang terjadi. Sering kita lihat di lapangan, ketika seorang siswa melakukan Praktek Industri (PI) dengan melakukan magang di Industri selama 3 - 4 bulan tetapi setelah itu tidak ada peningkatan skill yang nyata, dikarenakan ketika melakukan Praktek Industri, industri dan sekolah tidak mempunyai program mengenai apa yang harus mereka kerjakan disana. Industri cenderung untuk melakukan pembiaran terhadap siswa dan tidak berusaha melibatkan siswa lebih jauh ke core bisnis mereka. Padahal maksud dan tujuan dari Praktek Industri adalah siswa merasakan "real life" di industri, dengan cara pelibatan siswa ke dalam project yang sedang dikerjakan oleh perusahaan dan mengaplikasikan apa yang siswa dapat dari sekolah. Penolakan industri untuk membawa siswa lebih jauh ke dalam pelibatan project karena ada beberapa alasan yang cukup masuk akal, seperti kurangnya pengetahuan siswa di bidang tersebut, hal ini juga berhubungan dengan kurang luasnya pengetahuan guru di sekolah terhadap perkembangan industri.
Pada akhirnya memang diperlukan kerjasama yang sangat erat antara sekolah dan industri dengan cara
1. Penyusunan program bersama antara sekolah  dan industri untuk siswa yang melakukan praktek industri dengan pelibatan secara penuh ke dalam project yang sedang dikerjakan oleh industri, sehingga siswa merasakan adanya "real-life".
2. Penyusunan program bersama antara sekolah dan industri untuk kepentingan kurikulum
3. Magang industri bagi guru, sehingga materi yang diajarkan guru disekolah up to date terhadap perkembangan yang ada di industri
Dengan ketiga langkah di atas yang mengisyaratkan hubungan yang erat antara sekolah dan industri, penulis yakin bahwa lulusan dapat memenuhi kebutuhan industri dan menciptakan tenaga kerja yang unggul dan siap kerja.



Tidak ada komentar: